Photography
Pengen Puthu
Beberapa hari yang lalu saya sangat ingin sekali makan kue puthu, jujurnya bukan nyidam tetapi berhubung abang yang jualan kue puthu lewat ya langsung kepengen pakan aja *ditimpuksandal. Celakanya suara tuuuutttttt tuuttttt tuuttttt siulan itu terhenti, terdiam dan terisak menanti dia yang ia puja tak kunjung datang, halah lebay. Abang yang jualan kue puthu itu kurang ajar sekali, dia tiba-tiba belok tidak jadi lewat depan rumah, saya pun sedih ( sfx : lagu melow )
Beberapa hari tidak kelihatan batang hidungnya, si abang pun datang dengan suara khas puthu yang bersiul bersahutan. Saya lambaikan tangan dengan sexy, "Abang, godain eike dong!" ahhaha *fail!
Sumpah jangan negthink ya, saya bukan pria yang seperti itu. Saya seperti biasa langsung memberikan uang dan berkata :
Seketika horor melanda, hening seperti kuburan dan saya sadari si abang penjual kue puthu tidak suka terlalu banyak berbicara dengan pelanggannya. Saya pun memancing pembicaraan....
Dalam hati saya menjerit "ASTAGA DRAGON BANGET DAH BUAT ORANG INI!" atas jawaban-jawaban singkatnya tersebut. Whatever deh dengan jawaban yang abang itu berikan, yang penting dengan uang Rp. 5000,- saya sudah mendapatkan kue puthu sebanyak 11 biji. Saya tafsirkan harganya Rp. 500,- perbiji, mingkin yang 1 biji bonusnya. Entah ini termasuk mahal atau murah di tempat kalian, yang jelas saya pernah merasakan waktu kue puthu masih dijual dengan harga Rp. 100,- perbijinya. Anehnya rasa makanan sekarang dan dulu itu sangat berbeda, mungkin Tuhan sudah mengurangi kenikmatan akan suatu makanan, hehe, maybe juga sih.
Beberapa hari tidak kelihatan batang hidungnya, si abang pun datang dengan suara khas puthu yang bersiul bersahutan. Saya lambaikan tangan dengan sexy, "
Sumpah jangan negthink ya, saya bukan pria yang seperti itu. Saya seperti biasa langsung memberikan uang dan berkata :
"Tumbas puthu gangsal ewu pak lik!"
( Beli Puthu 5000 pak! )
"Oh nggih mas"
( Oh iya mas )
Seketika horor melanda, hening seperti kuburan dan saya sadari si abang penjual kue puthu tidak suka terlalu banyak berbicara dengan pelanggannya. Saya pun memancing pembicaraan....
"Griyanipun pundhi lik?"
( Rumahnya dimana pak? )
saya takut dijawab "Tidak saya bawa mas" hahaha
"Ngoro mas!"
( Ngoro mas! )
"Bahanipun puthu niku saking tepung beras nggih, lik?"
( Bahan membuat puthu itu dari tepung beras ya, pak? )
"Oh nggih mas"
( Oh iya mas )
"Ngenteniki bidhal saking griya jam pinten, napa enjing lik?"
( Kalau seperti ini berangkat dari rumah jam berapa, apa pagi pak? )
"Ngihh mas, siang!"
( Iya mas, siang! )
"Ohh berarti mboten enjing mruput nggih?"
( Ohh berarti tidak pagi-pagi sekali ya? )
"Nggih mboten mas!"
( Ya tidak mas! )
"Ngenteniki sedinten angsal pinten lik?"
( Kalau kerja seperti ini satu hari dapat penghasilan berapa pak?)
"Tigang atus ewu mas!"
( Tiga ratus ribu mas! )
"Wohhh katah nggih!"
( Wahh Banyak ya! )
"Alhamdulillah pun saget nandingi tiyang kantoran mas!"
( Alhamdulillah sudah bisa melampaui pegawai kantor mas! )
"Hehehe nggih lik!"
(Hehehe iya pak!)
Dalam hati saya menjerit "ASTAGA DRAGON BANGET DAH BUAT ORANG INI!" atas jawaban-jawaban singkatnya tersebut. Whatever deh dengan jawaban yang abang itu berikan, yang penting dengan uang Rp. 5000,- saya sudah mendapatkan kue puthu sebanyak 11 biji. Saya tafsirkan harganya Rp. 500,- perbiji, mingkin yang 1 biji bonusnya. Entah ini termasuk mahal atau murah di tempat kalian, yang jelas saya pernah merasakan waktu kue puthu masih dijual dengan harga Rp. 100,- perbijinya. Anehnya rasa makanan sekarang dan dulu itu sangat berbeda, mungkin Tuhan sudah mengurangi kenikmatan akan suatu makanan, hehe, maybe juga sih.
Menambah hasrat ingin makan, bukan? :D |
0 komentar
Posting Komentar
Holla, terimakasih atas kunjungannya. Tinggalkan jejak kamu di komentar ya. :)